Selasa, 27 Maret 2012

Galang Rambu Anarki...

         Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata, begitu syair WS Rendra. Unjukrasa menolak kenaikan harga BBM merupakan pelaksanaan dari sensitifitas  mahasiswa dan buruh menentang kebijakan penguasa, yang berpotensi semakin mencampakkan rakyat ke parit-parit penderitaan.
           
       Karenanya, demo yang baru digelar, Selasa (26/3/2012), tampaknya belum menjadi puncak perjuangan. Rentetan unjukrasa massif akan terus bergulir. Jalanan di Jakarta dan kota-kota lain akan masih disemarakkan oleh  aksi-aksi  rakyat berdemonstrasi, polisi-polisi yang membikin barikade, dan tentu saja macet berat arus lalu lintas.             
             Dalam perspektif lain, kita sepatutnya memahami bahwa pemerintah juga dalam kapasitas berjuang untuk menyejahterakan rakyat. Rencana kenaikan harga BBM tentu berbasis kepada kalkulasi kepentingan perekonomian secara nasional.
          Karena rencana itu wajib diamankan maka segala daya dikerahkan, termasuk jalur politik berupa penguatan di partai politik anggota koalisi, dan bahkan hingga pengerahan unsur TNI untuk membeking polisi dalam menghadapi pengunjukrasa.
      Dengan demikian, dapat dipahami bahwa baik pengunjukrasa maupun pemerintah sebenarnya berorientasi kepada kepentingan rakyat. Hanya saja terjadi perbedaan tajam dalam hal persepsi maupun mindset, serta tentu saja pola sikap dan tindak.
         Diferensiasi tajam itu semestinya dicari solusinya. Duduk bersama. Berdialog. Lalu dibangun formulasi tepat sehingga persoalan dapat cepat dipecahkan. Dengan pendekatan model begitu, rakyat senang, dan pemerintah juga tak mesti harus kehilangan muka.  Pada aspek lain, polisi atau tentara tak perlu konflik head to head dengan rakyat.
       Memang muncul persoalan baru, siapakah yang memiliki kapasitas, kompetensi sekaligus dipercaya untuk memediasi dan memfasilitasi dialog tersebut. Saya yakin tokoh masyarakat atau pemuka agama bisa menjadi pihak yang paling tepat untuk diminta menjadi mediator dan fasilitator. Kalau ternyata repot juga, ya bisa minta Sekjen PBB.
         Tetapi, sssttt….itu kan kalau mau dialog. Bila nggak mau juga, ya sudahlah, ayo kita nikmati lagu Galang Rambu Anarki, yang ditembangkan Iwan Fals: “BBM naik tinggi, susu tak terbeli. Orang pintar cari subsidi, anak kami kurang gizi”. (agus wahyudin).  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar