Senin, 09 April 2012

Komentar Kocak Taufik Kiemas soal Megawati

        Walau Pemilu masih dua tahun lagi, tetapi bursa pencalonan sudah hangat dibicarakan. Contohnya, Partai Golkar yang sudah yakin banget mencalonkan Aburizal Bakrie alias Ical menjadi the next president. Begitu juga,  Partai Gerindara bakal mengusung ketua umumnya, Prabowo Subianto, sebagai calon presiden.
Foto beritasatu.com

        Berbagai respon muncul, dari bernilai positif hingga negatif. Sejumlah penilaian dilontarkan dengan menyodorkan argumentasi track record masa lalu.  Ical dikait-kaitkan dengan masalah lumpur Lapindo, yang sampai hari ini urusan dengan sebagian warga yang menjadi korbannya belum juga kelar.
        Dari begitu berseliwerannya komentar, pernyataan Taufik Kiemas yang justru kocak. Dia bilang Ical ketuaan bila mencalonkan diri di pemilu. Bukan cuma Ical, Ketua Umum MPR itu juga mengatakan Megawati sudah ketuaan.
        Entah lupa atau sengaja Taufik berkomentar seperti itu. Untuk Ical, memang komentarnya tidak menjadi persoalan. Urusan umur memang bisa debat panjang kalau membahasnya. Apalagi dalam UUD, tidak ada batasan ketuaan atau kemudaaan untuk menjadi presiden.
        Tetapi komentar Taufik ke Megawati terasa aneh. Dalih apapun untuk membenarkan ucapan Taufik susah untuk diterima. Soalnya, selain Megawati pernah menjadi presiden dan masih menjabat sebagai ketua umum PDIP, juga istri sah dari Taufik Kiemas.
       Bahwa usia Megawati terus bertambah, itu pasti. Begitu juga umur Taufik Kiemas. Tetapi bukankah lebih bagus kalau Taufik bilang soal istrinya, bahwa semakin cantik dan semakin muda. Romantisme suami istri kan merupakan hal biasa. Jadi...he..he..he...jangan bilang Mbak Mega ketuaan dong. Kalau Mamah Dedeh tahu, pasti bisa kena semprot tuh Pak Taufik Kiemas.
                                                                                                                       (agus wahyudin)

Jumat, 06 April 2012

Duty Free di Bandara Ngurah Rai

General Manager Bandara Ngurah Rai, Purwanto, didampingi Kepala Humas PT Angkasa Pura I Merpin Butar-butar, sedng memperhatikan sejumlah konter di Duty Free.(aw).

      Menyusuri terminal keberangkatan internasional Bandara Ngurah Rai, Bali, terasa begitu nikmat. Sepanjang koridor berjejer toko-toko duty free menjajakan produk dunia. Penataan begitu apik ditingkahi gemerlap lampu menyihir pengunjung merasa seperti tidak sedang berada di bandara di Indonesia.
      Kalau saja tidak ada sentuhan nuansa Bali di interior, maka pengunjung seperti berada di Bandara Changi atau Dubai. Dari minuman, rokok, jam, tas hingga pakaian berkualitas nomor satu dijajakan. Konsumen disapa begitu ramah oleh pramuniaga, yang sebagian di antaranya mengenakan pakaian khas Pulau Dewata.
    Konsumen tidak perlu ragu sedikitpun terhadap orisinalitas barang-barang yang dijajakan. "Sudah merupakan perjanjian dalam kontrak bahwa produk yang dijajakan harus original. Tidak boleh palsu, kelas satu, kelas dua atau kelas lainnya," tegas General Manager Bandara Ngurah Rai, Purwanto.
      Untuk menjamin bahwa pruduk dijual merupakan produk asli dari produsennya, maka pihak pengelola bandara secara berkala mengadakan inspeksi mendadak. "Apalagi bila ada laporan atau dugaan, maka kami langsung bergerak untuk memeriksa. Berbagai dokumen, termasuk sertifikat produk, kami periksa. Di-cross check dengan barangnya. Tetapi sampai sejauh ini, tidak ditemukan produk tidak original," ungkap Purwantodidampingi Kepala Humas PT Angkasa Pura I Merpin Butar-butar.
     Geliat bisnis duty free ini, dia mengungkapkan ternyata terus menunjukkan pertumbuhan bagus. Produk-produk berharga jutaan hingga ratusan juta rupiah cepat laku. Orang-oprang kaya, terutama turis asing, tak berpikir dua kali untuk membeli begitu melihat barang.  "Omset mereka sangat besar. Pendapatan kami dari sewa ruangan juga besar. Salah satu pendapatan terbesar bandara ya dari duty free ini," jelasnya. 
      Karena itu, dia menuturkan pengelola bandara akan terus mengembangkan area duty free ini. Sejumlah ruangan yang kurang optimal dalam memberikan kontribusi pendapatan bagi perusahaan, kontan diubah untuk lahan duty free. 
                                                                                                         (agus wahyudin).
 

Rabu, 04 April 2012

Helooow…Petugas PSC Bandara! (Langka Senyum & Terima Kasih)

PEKAN lalu saya terbang dari Bandara Soekarno – Hatta ke Bandara Ngurah Rai. Hanya sehari di Pulau Bali, balik lagi ke Jakarta. Pulang-balik pakai pesawat Lion Air. Saya tetap bersabar walau di kedua penerbangan  tersebut harus menghadapi kenyataan keberangkatan mesti tertunda.
Kesabaran itu antara lain karena menyadari saya hidup di Indonesia, yang memang keterlambatan sudah terlanjur dianggap wajar. Justru aneh kalau tak terlambat. Kalau soal alasan terlambat, bisa saja dibangun   dengan berjuta-juta argumentasi. Bisa lalu lintas di perjalanan terjebak macet, buang-buang air (mungkin maksudnya buang air dari kran), tetangga sakit atau paling konyol menyalahkan Tuhan berkaitan dengan cuaca buruk.

Di luar urusan itu, saya tergelitik ketika berada di terminal penumpang, baik di Bandara Soekarno – Hatta maupun di Bandara Ngurah Rai. Saat di Bandara Soekarno – Hatta, saya lewat Terminal I A. Usai cek in, saya mesti bayar Passanger Service Charge (PSC) Rp40.000.  Sedangkan di Bandara Ngurah Rai, ketika hendak kembali ke Jakarta, juga membayar Rp40.000.
Penumpang pesawat memang wajib bayar PSC yang merupakan pungutan berkaitan pelayanan yang diberikan pengelola bandara. Mungkin pungutan itu karena di antaranya penumpang menikmati penggunaan ruang berpendingin udara, juga memakai toilet.
Jadi sebelum masuk ke ruang tunggu, sudah ada barikade konter petugas pemungut PSC. Saya tertarik mengamati petugas berpakaian seragam biru itu. Mereka begitu cekatan menerima uang atau memberikan uang kembalian. Cepat juga untuk menyerahkan kembali tiket yang sudah ditempeli stiker PSC.
Sayangnya, tak satupun petugas tersebut tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada penumpang. Padahal antara lain dari uang penumpang itu pengelola bandara,  PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II, bisa menggaji pegawai, termasuk petugas PSC. Rasanya pantas dan manusiawi banget kalau pegawai pengelola bandara berterima kasih sambil tersenyum kepada konsumen, termasuk penumpang pesawat.
Apalagi, berterima kasih dan tersenyum itu tidak perlu membeli, tidak perlu menghutang, juga tidak perlu meminjam. Cuma kemauan baik, kesadaran, dan keihklasan saja yang mendorong kita untuk berterimakasih sekaligus tersenyum atas jasa orang atau pihak lain. Mungkin orang atau pihak lain itu tidak membutuhkan terima kasih dan senyum kita. Tetapi justru kita yang membutuhkannya, yakni butuh untuk menyadari wajib berterimakasih dan tersenyum.
Kita butuh kesadaran untuk berterimakasih dan tersenyum karena itu bagian dari upaya diri untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga. Bukankah kecerdasan untuk mengucapkan atau bersikap berterimakasih menjadi cermin betapa kita memang  pandai bersyukur. Hanya jiwa-jiwa yang hebat saja yang mampu melakukannya.
Kalau berterimakasih merupakan bagian dari bersyukur, seperti janji Allah SWT, maka akan dilipatgandakan nikmatnya. Kalau kita tak pandai bersyukur maka tinggal tunggu azab saja. Jadi tinggal pilih bersyukur atau tidak.
Begitu juga dengan tersenyum, kita sudah banyak tahu manfaatnya secara fisik akan bikin wajah lebih segar. Dalam perspektif agama, senyum itu ibadah. Tentu ada kalkulasi pahala atau kebajikan yang bakal didapat kalau dikaitkan dengan ibadah.
Kesimpulan yang bisa dibangun adalah kalau pegawai satu korporasi cerdas untuk berterimakasih dan tersenyum maka selain jiwa dan raganya lebih sehat plus dapat pahala, juga bermanfaat besar untuk performansi perusahaan. Konsumen puas, pelanggan baru berdatangan.
                                                             (agus wahyudin, yang senyumnya manis dan ikhlas)

Harian Terbit, Kamis, 5 April 2012


Selasa, 03 April 2012

Eksotisnya Bandara Baru Ngurah Rai


        Bandara Internasional Ngurah Rai, Kabupaten Badung, Bali, tidak sekadar merupakan simpul transportasi. Pula tak berhenti sebagai salah satu sentra ekonomi sekaligus penggerak perekonomian daerah dan negara.
Di luar urusan bisnis itu, bandara ini juga menjadi landmark Pulau Dewata dan Indonesia. Dalam konteks sosiologis, infrastruktur ini lebih luas lagi, menjadi bagian dari budaya dan adat. Begitu turun dari tangga pesawat, turis sudah langsung bisa menikmati dan mengeksplorasi sebagian kekayaan budaya Bali.
Karenanya, aspek budaya, adat, bahkan agama menjadi salah satu dimensi dalam mengembangkan bandara tersebut. Pengelola bandara, PT Angkasa Pura (PAP) I, bersama pemda setempat dan instansi terkait membentuk Komite Desain sebelum start mengembangkan bandara berbiaya Rp2,5 triliun itu.
“Komite itu diperkuat oleh unsur dari akademisi yakni Universitas Udayana, unsur praktisi yakni Ikatan Arsitektur Indonesia Wilayah Bali, tim ahli Bangunan dan gedung tradisional Bali, serta pejabat-pejabat Desa Adat sekitar Bandara Ngurah Rai,” ungkap Direktur Utama PAP I Tommy Soetomo didampingi sekretaris perusahaan Miduk Situmorang dan kepala humas Merpin Butar-butar.
Melalui komite tersebut, dia mengutarakan kearifan lokal bisa memperkaya perencanaan pembangunan bandara. Karenanya, arsitektur bandara dan fasilitas pendukungnya tak hanya paralel dengan dinamika teknologi, tetapi juga mengedepankan nuansa artistik dan estetika bermuatan adat serta kultur.
Eksterior dan interior seluruh bangunan kental dengan nuansa Bali, dipadukan dengan dimensi modernitas bergaya kosmo dan futuristik. Berbagai ritual adat menyertai dalam pengerjaannya.
Contohnya, bangunan utama terminal baru memiliki atap seperti gelombang lautan. Begitu juga gedung parkir bertingkat dengan model limas, yang dibentuk seperti  hamparan sawah berjenjang. Eksterior dan interiornya kental dengan nuansa Bali. 
PERALATAN MODERN
Sedangkan dimensi modern kuat pada berbagai peralatan utama dan pelengkap bandara. Contohnya, gate handling system. Disiapkan peralatan super modern seharga Rp150 miliar. Bagasi penumpang akan digerakkan dan diawasi secara elektronis dan mekanis dari sejak cek in hingga mendekati pesawat.
“Minim kontak fisik dari petugas tapi jauh lebih akurat, cepat, efektif dan efisien. Apalagi dilengkapi dengan sensor X-Ray berlapis-lapis. Peralatan ini kali pertama di bandara di Indonesia. Kami serius betul menggarap pengembangan bandara yang dapat menampung hingga 25 juta penumpang per tahun ini,” jelas Tommy.
Sangat seriusnya PT Angkasa Pura I menggeber pengembangan bandara juga karena mendukung program pemerintah  tentang percepatan pembangunan ekonomi khususnya untuk koridor ekonomi wilayah V. Maka dalam RJPP PAP I tahun 2009 – 2013, salah satu titik fokusnya adalah menjadikan Bandarsa Ngurah Rai – Bali sebagai The Best Tourism Airport.  
Dia juga menjelaskan pembangunan bandara baru itu juga berbasis kepada aspek lingkungan dalam konteks eco-airport dan peningkatan harkat masyarakat sekitar bandara.
“Ada satu kompleks sekolah negeri, TK hingga SMP, yang terkena perluasan bandara, kami bangun masih dekat bandara. Bangunannya lebih modern, begitu juga fasiltasnya kami upayakan agar dilengkapi dengan sejumlah laboratorium. Ini agar proses belajar dan mengajar lebih mantap dan kuat,” tegasnya.
OVER CAPACITY
Pernyataan senada dikemukakan General Manager Bandara Ngurah Rai, Purwanto. Dia menuturkan dukungan dari pemda, pemuka adat dan masyarakat Bali begitu luar biasa dalam pengembangan bandara. “Tak hanya mendukung, tetapi juga ikut bekerja membantu kami. Ini kami syukuri,” ujarnya.
Dengan dukungan tersebut, dia mengutarakan pekerjaan proyek bisa lebih cepat. “Menakjubkan memang. Realisasi proyek melebihi dari target. Karena itu, kami optimis penyelesaian bandara baru ini bisa lebih cepat pada tahun 2013,” tuturnya.
Pengembangan bandara mendesak direalisasikan karena saat ini Bandara Ngurah Rai sudah overload dengan  6,6 juta penumpang domestik per tahun. Angka itu melebihi daya tampung penumpang domestik yang hanya 1,5 juta penumpang/tahun.
Terdapat 175 penerbangan domestik dari Bali maupun menuju ke Bali. Dia menjelaskan penerbangan itu mengangkut sekitar 18.000 penumpang/hari. “Kepadatan itu masih ditambah lagi dengan wisatawan asing yang juga memadati terminal internasional,” ungkapnya.
Namun, bandara Ngurah Rai masih dapat mengendalikan dengan daya tampung internasional sekitar 6 juta/tahun atau sekitar 17.000 penumpang/hari dengan 108 penerbangan internasional/hari.
PROGRES
Dengan luas lahan  hanya 285 hektar serta tingginya laju pertumbuhan jumlah penumpang dan pesawat, pimpinan proyek Bandara Ngurai Rai, Sri Unon Setyasih, menjelaskan maka pembangunan kali ini merupakan pembangunan pengembangan terakhir, karena akan diperuntukkan sampai dengan titik ultimate kapasitas bandara.
Selain pembangunan gedung terminal internasional, infrastruktur yang dibangun lainnya adalah jalan akses dan toll gate baru, area parkir domestik, gedung parkir internasional, dan gedung Promenade. Selain itu, gedung kantor terpadu, gedung sekolah (eks-relokasi), gedung kargo internasional, perluasan apron, serta gedung katering.
Didampingi Yunus Suprayogi, dia menjelaskan pembangunan tersebut  harus mengacu kepada peraturan keselamatan dan keamanan penumpang seperti yang tertuang dalam Dokumen ICAO Annex 17. 
 “Progres proyek sampai saat ini sudah mencapai 11%”. Saat ini semua konsentrasi tertuju pada pelayanan konferensi tingkat tinggi Asia  Pacific Economic Cooperation (APEC), sehingga target operasional minimal untuk jalur-jalur utama pelayanan penumpang harus sudah bisa dioperasikan pada September 2013, ujarnya.(agus wahyudin).

Suroyo: Temuan KPK mesti ditindaklanjuti

      Temuan Komisi Pemberantasan Komisi (KPK) tentang dugaan suap dalam kaitan operasional dan perizinan angkutan umum direspon positif Dirjen Perhubungan Darat Suroyo Alimoeso.

    "Kami berterima kasih kepada KPK. Temuan itu segera ditindaklanjuti karena menjadi salah satu bahan evaluasi bagi kami untuk terus menggenjot pembenahan-pembenahan. Karenanya, kami segera mengadakan pertemuan dengan instansi terkait untuk membahas sekaligus memformulasikan langkah tepat," ujarnya, Selasa (3/4).
     Pertemuan dengan instansi terkait tersebut, dia mengutarakan dibutuhkan karena temuan tentang suap tersebut sebagian besar merupakan domain kewenangan dinas perhubungan (dishub), yang merupakan perangkat pemerintah daerah (pemda). Demikian halnya dengan operasional kapal di pelabunan penyeberangan menjadi wilayah kewenangan PT ASDP Indonesia Ferry.
    Dia meyakini bahwa jajarannya dan instansi terkait akan bekerja keras untuk menekan penyimpangan hingga titik nol. "Seperak pun kalau itu tidak halal ya harus dihindari. Insya Allah, kami berkomitmen dengan kejujuran," ungkapnya.

Senin, 02 April 2012

Kita Bersyukur Anggota DPR Plesir ke Luar Negeri Melulu




Seperti biasa, berdalih studi banding, anggota Komisi I DPR akan plesiran ke empat negara (Ceko, Polandia, Afrika Selatan hingga Jerman). Konon kabarnya, mereka akan membawa keluarga untuk melihat indah suasana di negeri orang lain, sekaligus bisa berbelanja barang-barang bermerek.
Duit piknik itu didapat dari anggaran plesiran DPR yang tahun 2012 ini sebesar Rp 482 milliar atau naik sekitar Rp 183 milliar dari tahun sebelumnya. Hampir setengah triliun rupiah. Kalau ditotal sejak zaman baheula ya mungkin sudah ratusan triliun rupiah uang rakyat dipakai oleh wakil rakyat untuk keliling dunia.
Kepergian mereka sepatutnya perlu disyukuri oleh seluruh rakyat Indonesia. Banyak aspek menjadi pendorong bagi kita untuk bersyukur. Pertama, rakyat menjadi tahu siapa-siapa saja wakilnya yang memboroskan uang Negara.
Kedua, rakyat paham memang menjadi anggota DPR merupakan salah satu jalan cerdas untuk bisa menambah pengalaman bepergian ke luar negeri. Ketiga, rakyat juga semakin paham bahwa wakilnya yang dipilih saat pemilu menjadi betul-betul wakil yang bertugas antara lain foya-foya menghambur-hamburkan uang negara.
Paling terakhir, kita juga bersyukur bahwa plesirannya anggota DPR membuktikan bahwa wakil rakyat begitu sehat. Tidak hanya terjamin segala kebutuhannya dengan berbagai fasilitas, tetapi juga sehat dalam konteks tidak pernah terserang penyakit hati (liver atau sirosis).
Tentu muncul pertanyaan kenapa bisa mereka bisa tak kena penyakit liver. Jawabannya sangat mudah yakni: KARENA MEMANG MEREKA TIDAK PUNYA HATI.
                                                                                                                                (agus wahyudin)