Rabu, 14 Maret 2012

Catatan tentang Mabruri Mahasiswa Trisakti


Berkali-kali harus menempuh ratusan kilometer. Dari subuh hingga rembulan kembali datang. Berkelahi dengan macet lalu lintas. Membunuh lelah yang kadang menyergap. Dari Bekasi. Ke Bandara Soekarno-Hatta. Lalu harus singgah di Universitas Trisakti.
        Mengaji ayat-ayat  regulated agent di bandara. Kadang malam juga mesti diselami. Hingga hari berganti. Segalanya demi ritual awal menjadi seorang sarjana.
        Jutaan huruf dan angka menari-nari. Meminta otak mengkaji. Dikawinkan dengan teori.  Dirangkai satu-satu hampir satu kitab. Ternyata tak mudah. Harus dirangkai lagi karena Bu Dosen itu ingin paripurna.
        Putus asa menggoda. Tunda saja hingga jelang akhir tahun.  Namun keyakinan bahwa Allah SWT, Sang Maha Kuasa, Maha Pengasih, pasti selalu asih. Dipadu dengan tekad untuk memadamkan matahari. Perjuangan dilanjutkan.
        Kamis pagi, 15 Maret 2012. Bertempur dengan para ahli. Menit-menit terasa berat dilalui. Akhirnya, saat maklumat tiba. Bukan jadi pecundang. Tetapi menyandang sebagai pemenang.    Gelar sarjana menanti. Bakal bersua dan disematkan di seremoni April nanti.
        Tapi perjalanan masih bermula. Mabruri Jurnalis Wahyudin mesti tetap mengembangkan layar. Berdiri di atas kapal menantang gelombang. Juga luluhkan petir agar  terbang di cakrawala. Dengan kerendahan hati. Dengan terus mengkaji, mengaji dan berbakti.  
        Selamat, Nak. Doa kami buatmu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar