Aksi demonstrasi menolak rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) terus dilakukan. Bahkan, pada 26 dan 27 Maret akan digelar demo besar-besaran. Puluhan sampai ratusan ribu massa mahasiswa, buruh, petani, nelayan, aktivis LSM, dan lainnya akan tumpah di jalanan Ibukota.
Massa juga akan menutup akses masuk ke bandara, pelabuhan dan kawasan industri lainnya. "Pada tanggal itu, semua kawan mahasiswa dari 21 provinsi akan datang ke Jakarta. Ini merupakan bukti bahwa mahasiswa bisa bersatu menumbangkan rezim SBY-Boediono," kata Ketua Umum Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMD) Lamen Hendra Saputra, Sabtu (24/3).
Unjukrasa seperti itu sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga Jakarta. Demo dipahami sebagai bagian dari demokrasi. Sebagian rakyat juga sependapat bahwa rencana kenaikan harga BBM mesti ditentang. Selain bakal meningkatkan biaya hidup, kenaikan harga BBM terasa ngilu bila dipersandingkan dengan fakta bahwa sebagian uang negara dikorupsi massif oleh penyelenggara negara dan pengusaha.
Demo menolak BBM adalah bagian dari kegelisahan, kegalauan dan teriakan hati nurani rakyat. Nasib rakyat diperjuangkan. Dalam perspektif ini maka sebaiknya demo juga mengedepankan kepentingan rakyat. Artinya, jangan demo memperjuangkan rakyat akhirnya mengorbankan rakyat.
Soal itu wajib dikedepankan dan mendapat prioritas pertama karena rakyat sudah terlalu sering berhadapan dengan realita mesti kesusahan sebagai ekses demonstrasi. Apalagi bila unjuk rasa itu diwarnai aksi kerusuhan, tentu rakyat semakin menderita.
Karenanya, selain kita mengetuk hati nurani penguasa untuk berpikir ulang terhadap kebijakan yang berpotensi besar menyengsarakan rakyat, sekaligus kita juga mengingatkan pendemo untuk tetap menjaga etika dan kedamaian. Imbauan ini penting karena rakyat tetap ingin kehidupan berjalan secara normal.
Pengunjukrasa diharapkan tetap mengedepankan moralitas dan kepentingan bangsa. Sepatutnya tidak memprovokasi petugas kepolisian atau TNI. Petugas agar banyak bersabar dan cerdas untuk mengendalikan emosi.
Polisi dan TNI merupakan bagian dari rakyat. Pendemo juga rakyat. Alangkah indahnya mereka bekerjasama untuk kepentingan bersama. Bukannya bekerjasama untuk rusuh.(agus wahyudin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar