Berkali-kali harus menempuh ratusan
kilometer. Dari subuh hingga rembulan kembali datang. Berkelahi dengan macet lalu
lintas. Membunuh lelah yang kadang menyergap. Dari Bekasi. Ke Bandara
Soekarno-Hatta. Lalu harus singgah di Universitas Trisakti.
Mengaji ayat-ayat regulated agent di bandara. Kadang malam juga
mesti diselami. Hingga hari berganti. Segalanya demi ritual awal menjadi
seorang sarjana.
Jutaan huruf dan angka menari-nari.
Meminta otak mengkaji. Dikawinkan dengan teori. Dirangkai satu-satu hampir satu kitab. Ternyata
tak mudah. Harus dirangkai lagi karena Bu Dosen itu ingin paripurna.
Putus asa menggoda. Tunda saja hingga
jelang akhir tahun. Namun keyakinan
bahwa Allah SWT, Sang Maha Kuasa, Maha Pengasih, pasti selalu asih. Dipadu
dengan tekad untuk memadamkan matahari. Perjuangan dilanjutkan.
Kamis pagi, 15 Maret 2012. Bertempur
dengan para ahli. Menit-menit terasa berat dilalui. Akhirnya, saat maklumat tiba.
Bukan jadi pecundang. Tetapi menyandang sebagai pemenang. Gelar sarjana menanti. Bakal bersua dan
disematkan di seremoni April nanti.
Tapi perjalanan masih bermula. Mabruri
Jurnalis Wahyudin mesti tetap mengembangkan layar. Berdiri di atas kapal
menantang gelombang. Juga luluhkan petir agar terbang di cakrawala. Dengan
kerendahan hati. Dengan terus mengkaji, mengaji dan berbakti.
Selamat, Nak. Doa kami buatmu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar