Selasa, 06 Maret 2012

PT KAI Akuisisi DAMRI dan PPD? Itu Sirik!


GAGASAN tentang PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengakuisisi dua BUMN transportasi,  yakni Perusahaan Umum (Perum) PPD dan Perum DAMRI pada tahun ini dinilai sah-sah saja.  Tetapi bila diwujudkan, maka ide Menteri BUMN Dahlan Iskan itu menjadi aksi bunuh diri.
                Usulan menyangkut tiga BUMN yang melayani transportasi publik ini, menurut Dahlan  Iskan sejalan dengan keinginan pemerintah agar BUMN dapat saling sinergi. Di samping itu,  ketiga perusahaan tersebut menjalankan bisnis utama yang sama, yakni transportasi darat.
     Dengan sinergi ini, ia mengharapkan perusahaan plat merah dapat berkurang menjadi 115  BUMN pada 2012. Bahkan, dua tahun mendatang jumlah BUMN diperkirakan mencapai 80 BUMN.  “Selama ini, program rightsizing kurang terlalu berhasil untuk dilakukan. Namun, kita  fokuskan pada tahun ini,” tuturnya.

Ketika dimintai komentar soal usulan itu, pengamat kebijakan publik dan konsumen, Agus Pambagio, menyatakan: "Nggak sekalian PT Garuda Indonesia mengakuisisi PT Timah atau PT Bukit Asam. Negara ini memang sudah rusak!"
                Usulan itu, Edy Haryoto, pengamat transportasi yang juga mantan direktur utama PT KAI, mengemukakan mengancam membikin PT KAI menggelepar. "Kalau perusahaan sakit disatukan dengan perusahaan sakit lainnya ya itu bunuh diri. Lebih cepat matinya," cetus Edy Haryoto  , Selasa (6/3/2012) sore.
                Dia mengemukakan PT KAI kondisinya terbilang sakit, begitu juga dengan PPD. "Kalau  keduanya disatukan ya itu namanya bikin keduanya cepat mati. Berbeda dengan Perum DAMRI yang justru lagi bagus-bagusnya. Lihat saja pelayanan bus DAMRI di bandara," ujar mantan Direktur  Utama PT Angkasa Pura II itu.
                Lagipula, Edy mengingatkan kompetensi mengelola perkeretaapian berbeda jauh dengan  mengelola angkutan jalan raya. "Sekarang ini saja, jajaran PT KAI mesti terus meningkatkan  kompetensinya. Bagaimana pula harus mengurus persoalan pelayanan bus," tuturnya.
                Karena itu, dia menegaskan sebaiknya tidak perlu ada akuisisi. "Yang justru  dilakukan adalah PT KAI harus membenahi terus pelayanan kepada publik. Jangan konsentrasinya bercabang kepada hal lain di luar core business," tegasnya.
Dalam konteks itu, Edy mengingatkan pernyataan Dahlan Iskan soal bila sesuatu tidak dipegang oleh ahlinya. "Beliau bilang kalau melawan takdir itu sirik. Kalau PT KAI juga bisnis angkutan jalan raya, saya rasa itu juga tergolong sirik," tuturnya sambil tertawa.
KEDODORAN
                Imbauan agar  PT KAI mengkonsentrasikan diri untuk meningkatkan kinerja pelayanannya  juga disuarakan Ketua Dewan Pembina Maska (Masyarakat Pecinta Kereta Api) Hendrowiyono.  "Kementerian BUMN semestinya mendorong PT KAI lebih konsentrasi meningkatkan pelayanan  kepada publik. Dalam konteks ini, PT KAI bisa bersinergi dengan moda transportasi lain,  termasuk DAMRI, dalam meningkatkan pelayanan publik. Misalnya integrated ticketing. Jadi  sinergi BUMN bukan akuisisi," ucapnya.
                Hendrowiyono mengutarakan PT KAI sudah terlalu lama kedodoran mengurus diri sendiri.  Kondisi ini akibat berbagai inefisiensi di tubuh manajemen sehingga berefek lanjutan  merosotnya pelayanan kepada konsumen.               Dia mengutarakan dengan hanya mengoperasikan kereta di jalan sekitar 4.000 kilometer jumlah pegawai PT KAI terlalu gemuk, sekitar 11.000 - 12.000 orang. Dari jumlah itu pun, ternyata sekitar 60 persen golongan I dan II. Jauh lebih besar SDM lulusan SD dan SMP atau SMA.
                Manajemen PT KAI, dia mengutarakan  diduga menggelembungkan gaji pegawai. Anggaran belanja pegawai jauh di atas kemampuan perusahaan. "Bisa diibaratkan besar pasak daripada  tiang.Kalau sampai pinjam bank untuk gaji pegawai, ini sudah membahayakan. bisa diibaratkan  besar pasang daripada tiang. Akan lebih parah lagi kondisinya bila ada penggabungan dari  BUMN lainnya," ungkapnya.
                Hendrowiyono menampik soal perbaikan kinerja keuangan PT KAI. "Soal untung itu  tidak, itu cuma masalah rekayasa keuangan kok. Setahu saya, biaya operasi dan biaya  perawatan ditahan agar kondisi keuangan tetap bagus. Tetapi dampaknya sangat besar terhadap pelayanan kepada pengguna jasa," jelasnya.
                Dia menunjuk memburuknya (degradasi) kondisi kereta. "Baru dioperasikan setahun  saja, kereta anyar sudah jelek. Apalagi kereta-kereta eks-Jepang, lebih parah lagi. Hal-hal  seperti ini yang seharusnya mendapat perhatian dari Kementerian BUMN," ujarnya.
                Dengan kondisi seperti itu, dia menyatakan semestinya Perum DAMRI yang mengakuisisi  PT KAI. Karena kinerja Perum DAMRI justru terus mengkilat sejak beberapa tahun terakhir. “Tetapi memang baiknya, nggak ada akuisisi di antara PT KAI dengan Perum DAMRI. Biarkan PT  KAI tidak terganggu dalam mengembangkan core businessnya," tegas mantan wartawan Kompas itu.
KAJI LAGI
                Sementara itu, anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Golkar, Ali Wongso meminta Menteri Dahlan Iskan untuk mengkaji kembali rencana PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengakuisisi Perum Damri dan PPD. Pasalnya, kata dia, permasalahan di internal PT KAI masih banyak dan cukup kompleks.
“Saya kira keputusan Meneg BUMN ini tidak tepat, karena untuk mengatasi masalah internal PT KAI saja belum bisa, apalagi jika ditambah beban kerja ganda. Jadi, harusnya manajemen PT KAI dibiarkan dulu fokus menangani masalahnya dibidang perkeretaapian,” ujarnya.
Jika rencana ini tetap dilanjutkan, kata dia, Komisi V DPR akan segera memanggil Meneg BUMN untuk mempertanyakan alasan dari rencana akuisisi tersebut. “Kita akan pertanyakan ini, karena menurut saya rencana tersebut sangat tidak rasional dengan kondisi manajemen PT KAI yang belum stabil,” tegasnya.
Terlebih, tambahnya, pengelolaan antara kereta api dengan angkutan bus jelas berbeda jauh, sehingga berbahaya bagi ‘kesehatan’ manajemen PT KAI.
Dihubungi terpisah, anggota Komisi V dari Fraksi PKS, Yudi Widiana menghimbau PT KAI untuk membenahi kesejahteraan karyawannya terlebih dahulu. "PT KAI harus benahi kesejahteraan karyawannya dulu, jangan sampai terjadi gejolak-gejolak lagi, itu yang terpenting saya kira," tandasnya.(agus wahyudin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar