Minggu, 04 Maret 2012

Koruptor Lebih Takut Dibacok

    Persidangan awal Nunun Nurbaeti di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Jumat (2/3/2012),  mendapat kawalan ketat petugas kepolisian. Barisan polisi tidak hanya terlihat di lobby pengadilan, tapi hingga lantai satu ruang sidang. 

       Pengawal dari kepolisian itu  sudah berada di areal pengadilan sejak pagi.  Menurut kuasa hukum Nunun, Ina Rachman, pengamanan memang diminta khusus oleh tim kuasa hukum. "Iya, kami meminta pengawalan khusus dari Polres Jakarta Selatan," jelas Ina.  
     Pengamanan ketat tersebut digelar setelah terjadi aksi pembacokan yang dilakukan  Deddy Sugarda, 44, terhadap  jaksa Sistoyo di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/2/2012).
     Seperti diketahui, Deddy juga pernah berencana membacok jaksa yang menangani kasus mafia pajak Gayus Tambunan, Cirus Sinaga. Namun karena kasus Cirus Sinaga sudah diputus, Deddy mengurungkan niatnya dan diarahkan ke Sistoyo. 
      Persidangan selanjutnya terhadap Sistoyo tentu saja akan dikawal lebih ketat. Bahkan pemindahannya  dari RS Halmahera  ke Rutan Kebonwaru, Kapolrestabes Bandung mengatakan pihaknya akan menurunkan 10 anggota untuk melakukan penjagaan di rutan. 
        Rentetan peristiwa itu dapat ditangkap kesan bahwa koruptor sekarang ini ketakutan terulang lagi aksi main hakim sendiri oleh rakyat. Orang-orang seperti Deddy Sugarda bisa jadi tidak sedikit jumlahnya dan sulit untuk diidentifikasi.
        Karena susah untuk diketahui lebih dini pelaku kekerasan tersebut tentu saja menutup peluang bagi koruptor untuk menyuap. Sekali lagi, itu akibat pelakunya bisa siapa saja dan dimana saja.
        Berbeda betul dengan aparat penegak hukum, dari jaksa, polisi, hakim hingga penjaga rumah tahanan (rutan) dapat diketahui identitasnya dan tentu di antaranya saja bisa diajak bekerjasama untuk mempermainkan hukum. Dengan uang dan segala fasilitas, oknum penegak hukum bisa luntur moralitas dan akhlaqnya.
          Jadi memang pengadilan rakyat lebih ditakuti ketimbang pengadilan biasa yang banyak fakta memperlihatkan gampang kompromi agar hukum dilempar ke got! (agus wahyudin)
          
       
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar