Grup Magadir. Begitu kata seorang kawan di salah satu kementerian dengan anggaran setahun puluhan triliun rupiah. Tidak ada kaitannya dengan lagu. Magadir bukan syair. Tetapi gelar buat kelompok M Nazaruddin yang sering mondar-mandir mencari proyek.
Sejumlah pejabat dan staf di kementerian tersebut mesti berhadapan dengan pasukan, yang tentu saja membawa bendera Partai Demokrat, partainya penguasa. Soalnya, waktu itu Nazaruddin masih sebagai bendahara umum di dewan pimpinan pusat.
Grup alias mafia itu berhasil mendapatkan beberapa proyek. Seperti pengakuan Mindo Rosalina, antara lain mendapat proyek di diklat penerbangan. Ketika Nazaruddin tertangkap, dibui dan diadili, karuan saja pejabat tersebut sungguh happy. Mereka berharap habis sudah riwayat tekanan dari partai politik dalam urusan bagi-bagi proyek.
Tetapi ternyata harapan tinggal mimpi di siang bolong. Nazar boleh masuk bui. Orang-orang yang selama dikenal sebagai pasukannya masih bergerilya. Tetap punya nyali gede nyari-nyari proyek. Cuek bebek aja. Tetapi rupanya pejabat itu juga punya nyali gede. "Ketimbang entar masuk bui, mendingan dari sekarang aja berantem," kilah pejabat itu.
Kita yakin mereka bukan disuruh parpol buat nyari uang. Karena masak iya di tengah publik nyorot urusan korupsinya Nazaruddin, terus parpol masih nekat bikin lagi masalah. Terus siapa bos gede yang menyuruh mereka? Ini pertanyaan yang cuma KPK bisa ngubek-ngubek cari jawabannya.
Artikel ini dimuat di Harian Terbit, Jumat, 17 Februari 2012

Tidak ada komentar:
Posting Komentar