Selasa, 27 Maret 2012, ini Jakarta dan kota-kota
lainnya dilanda aksi demo menolak kenaikan harga BBM. Sebagian rakyat
menyuarakan potensi hidup bakal semakin berat akibat efek berganda dari
kenaikan bahan bakar minyak.
Mahasiswa, buruh dan kader partai politik berakumulasi jadi satu untuk
mendesak pemerintah untuk membatalkan
rencana kenaikan harga BBM mulai 1 April 2012. Mereka yakin rencana itu bukan
April Mop atau April Fools' Day.
Satu
hal yang menjadi kekhawatiran besar adalah demo atau unjukrasa itu berubah menjadi anarki. Huru-hara. Tak perlu direncanakan, emosi bisa meletus
apabila sekumpulan orang bertemu. Seperti rumput kering yang mudah terbakar.
Bangsa ini pernah trauma dengan peristiwa kerusuhan tahun 1998. Terjadi
penjarahan pembakaran properti milik rakyat, penghinaan terhadap martabat
kemanusiaan, sekaligus memunculkan begitu banyak korban jiwa. Parahnya kejadian
itu juga menjadi semacam edukasi buat anak-anak saat itu yang kini menjadi
besar atau dewasa. Sebagian dari mereka terdidik untuk mudah meluapkan emosi plus berbuat
anarkis.
CONTOH BAGUS
Sejarah kelam itu tidak boleh terulang. Bangsa ini mesti lebih cerdas
untuk belajar dari pengalaman masa lalu.
Demo hari ini justru menjadi momentum bagi rakyat untuk menunjukkan kepada
penguasa juga dunia bahwa menyalurkan aspirasi itu nikmat karena terselenggara
dengan damai namun efektif. Tidak ada pelabuhan, bandara atau fasilitas umum
yang dibloklade.
Penguasa juga bisa memberi contoh kepada dunia bahwa the rulling class di
Indonesia amat aspiratif. Tidak seperti
penguasa otoritarian di belahan bumi sana. Memberi ruang luas untuk
bernegosiasi dengan rakyat untuk mencari solusi terbaik bagi bangsa dan negara
ini. Mungkin hanya persoalan persentase kenaikan harga yang dibahas.
Atau
bisa juga persentase dikaji linear dengan memangkas sebagian anggaran biaya
dalam APBN, termasuk di dalamnya memotong gaji pejabat, serta memangkas gaji
dan fasilitas untuk anggota DPR.
Dapat pula dua skema tadi paralel dengan penindakan tegas dan keras
terhadap koruptor. Semua elemen bangsa secepatnya melahirkan undang-undang
untuk memberikan hukuman mati kepada koruptor, sekaligus menyita seluruh
hartanya dan keluarganya.
Dengan solusi itu, rasanya demo penolakan BBM tak hanya sekadar nikmat
seperti demo masak-memasak, tetapi juga indah karena rakyat tetap bisa tidur
nyenyak karena beban mereka tak lagi berat.(agus wahyudin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar